Riwayat
Nurcholish Madjid: Sebuah Otobiografi Intelektual
Jadilah
orang terpuji
Berapa banyak orang terpuji yang menjadi mulia
Tambahkanlah investasi ketakwaan
dan tundukkanlah kezaliman.
Berapa banyak orang terpuji yang menjadi mulia
Tambahkanlah investasi ketakwaan
dan tundukkanlah kezaliman.
Demikianlah
bunyi bait-bait yang sering dihafalkan oleh para santri di pesantren-pesantren.
Cak Nur—panggilan akrab Nurcholish Madjid—melafazkannya dalam acara penutupan
Muktamar Pemikiran Islam NU di Pesantren Salafiyyah Syafi’iyyah, Situbondo,
Jawa Timur. Cak Nur sebenarnya ingin memuji KH Fawaid As’ad Syamsul Arifin yang
karena keikhlasannya mencetak kader umat ia menjadi orang-orang yang terpuji.
Cak
Nur ingin mengenang masa lalunya di pesantren. Ia memang sangat istimewa karena
sejak kecil sudah diperkenalkan dengan dua pondok pesantren yang berbeda
haluan: tradisional dan modern. Ia pernah belajar kitab kuning di Pesantren
Rejoso, Jombang. Setelah itu, ia melanjutkan studi di Pondok Pesantren Gontor,
yang dikenal sebagai "pesantren modern". Kemudian, ia melanjutkan
sekolah ke jenjang perguruan tinggi, Fakultas Adab, Jurusan Sastra Arab, IAIN
(sekarang Universitas Islam Negeri) Syarif Hidayatullah, Ciputat, Jakarta, pada
tahun 1968.
Selama
menjadi mahasiswa, ia mulai berkenalan dengan organisasi kemahasiswaan, yaitu
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Ia pernah menjadi Ketua HMI selama dua periode
1966-1968 dan 1969-1971. Pada tahun itu pula ia terpilih menjadi Presiden
Pertama Persatuan Mahasiswa Islam Asia Tenggara (Pemiat) dan Wakil Sekjen
International Islam Federation of Students Organizations (IIFSO), 1969-1971.
Kendati
pada masa itu ia dikenal sebagai seorang aktivis, sebenarnya Cak Nur muda
merepresentasikan sebagai seorang pemikir muda yang brilian. Pada masa itu ia
menulis sebuah artikel yang heboh dan dibicarakan banyak kalangan,
"Modernisasi adalah rasionalisasi, bukan westernisasi" pada tahun
1968. Kemudian, pada tahun 1969, ia menulis sebuah buku pedoman HMI,
Nilai-nilai Dasar Perjuangan (NDP), yang sekarang masih dipakai sebagai buku
dasar keislaman HMI, Nilai-nilai Identitas Kader (NIK).
Setelah
artikel tersebut, Cak Nur menulis sejumlah artikel yang tidak kalah heboh,
antara lain Beberapa Catatan Sekitar Masalah Pembaruan Pemikiran Islam (1970),
Sekali Lagi tentang Sekularisasi (1972), Menyegarkan Paham Keagamaan di
Kalangan Umat Islam Indonesia (1972), dan Perspektif Pembaruan Pemikiran dalam
Islam (1972). Tahun 1978-1984 Cak Nur mendalami ilmu politik dan filsafat Islam
di Universitas Chicago ,
Amerika Serikat, 1978-1984.
Lontaran
pemikiran-pemikirannya kerap dianggap kontroversial, di antaranya pandangan Cak
Nur tentang "sekularisasi" dan "Islam Yes, Partai Islam
No". Pandangan tersebut sering kali dianggap bertentangan dengan pandangan
umum dan tidak jarang lebih beraroma Barat yang sekuler. Karena itu, Cak Nur
dianggap oleh mereka yang menentangnya sebagai "orientalis", yang
melihat Islam dengan menggunakan pendekatan dari luar.
Pandangan
tersebut tidak sepenuhnya salah, tidak pula sepenuhnya benar, karena Cak Nur
sering kali mengutip pandangan orang-orang Barat tentang Islam. Tapi, satu hal
yang kadang kala dilupakan para pengkritiknya, Cak Nur juga mendasarkan
pandangannya pada Al Quran, hadis, dan pandangan para ulama otoritatif. Lebih tepatnya, ia senantiasa mengombinasikan antara pandangan dari luar
dan pandangan dari dalam tradisi Islam.
Setelah menyelesaikan studinya di AS, pemikiran Cak Nur
semakin menunjukkan kematangannya. Ia bersama kawan-kawannya mendirikan Yayasan
Wakaf Paramadina. Di antara kegiatan utamanya adalah Klub Kajian Agama (KKA).
Kegiatan tersebut berlangsung selama lebih kurang 17 tahun dengan lebih dari
200 pertemuan.
Dari kajian tersebut, Cak Nur berhasil menulis sejumlah
buku, antara lain Islam, Doktrin dan Peradaban (1992), Kontekstualisasi Doktrin
Islam dalam Sejarah (1994), Islam Agama Peradaban (1995), Islam Agama Kemanusiaan
(1995). Di samping itu, terdapat beberapa buku lainnya, yang ditulis di luar
hasil KKA, antara lain Islam, Kemodernan dan Keindonesiaan (1987), Islam,
Kerakyatan dan Keindonesiaan (1993), Pintu-pintu Menuju Tuhan (1994), Kaki
Langit Peradaban Islam (1997), Dari Bilik-bilik Pesantren (1997), Pengalaman
Religius Umrah dan Haji (1997), dan Dialog Keterbukaan (1997).
Pada akhir hidupnya, Cak Nur berhasil mendirikan Universitas Paramadina,
yang merupakan warisan terpenting dalam konteks membangun peradaban. Kendati
demikian, pemikiran Cak Nur merupakan sebuah pergulatan dengan realitas pada
zamannya. Corak pemikirannya yang cenderung elitis, menyentuh kelas menengah
saja, merupakan salah satu titik terlemah dari pemikirannya.
Pada masa Orde Baru yang
cenderung sentralistik, pemikiran Cak Nur menemukan momentumnya. Tapi, di masa
Orde Reformasi, ketika demokratisasi dan kebebasan media informasi menyentuh
hingga masyarakat yang paling bawah, pemikirannya kerap mendapatkan benturan
serius; di samping bahasa dan pendekatan yang digunakan cenderung akademis,
tidak populis.
Apalagi, fakta
konservatisme dan radikalisme semakin meluas, pemikiran Cak Nur membutuhkan
penafsiran dan kiat metodologi tersendiri. Apa yang dilakukan Gus Dur melalui
pendekatan budaya dan khazanah lokal lebih bisa leading, baik di akar rumput
maupun pentas internasional.
Pada 25 Agustus 2005, ia
dipanggil Tuhan. Ia meninggalkan kita semua untuk menghadap Sang Khalik. Namun,
hal itu tidak menyurutkan semangat generasi muda Muslim untuk mengembangkan
pemikiran-pemikirannya. Generasi muda Muslim di Paramadina, seperti Yudi Latif,
Budhy Munawar-Rachman, Ihsan Ali Fauzi, Ahmad Gaus AF, Ulil Abshar-Abdalla, dan
Sukidi Mulyadi, telah menjadi penerusnya yang paling gigih untuk mengembangkan
pemikiran-pemikiran Cak Nur.
Itulah
sebuah otobiografi intelektual Cak Nur. Sebagaimana banyak terjadi defisit di
pelbagai sektor kehidupan dalam bangsa ini, mudah-mudahan dalam ranah pembaruan
pemikiran kita tidak mengalami hal serupa. Buktinya, generasi muda yang
melanjutkan dan mengembangkan pemikiran Cak Nur terus tumbuh di pelbagai
penjuru Tanah Air. (Zuhairi Misrawi)
M88 Casino | Play for Free in Casino & Slots at THAKASINO.COM
ReplyDeleteJoin the fun of authentic Vegas m88 casino gaming at THAKASINO - the world's biggest slot machine happyluke game room, where you can 바카라사이트 enjoy your favorite casino games like Blackjack,