PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keutuhan manusia sebagai pribadi dapat di mungkinkan melalui pemahaman, penghayatan, dan meresapkan nilai – nilai yang terkandung dalam suatu karya seni rupa sebagai salah satu bagian dari kebudayaan. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang di anugerahi pikiran, perasaan dan kemauan secara naluriah memerlukan prantara budaya untuk menyatakan rasa seninya, baik secara aktif dalam kegiatan kreatif, maupun secara pasif dalam kegiatan apresiatif. Dalam kegiatan apresiatif, yaitu mengadakan pendekatan terhadap seni rupa seolah – olah kita memasuki suatu alam rasa yang kasat mata.
Seni rupa sebagai karya seni yang nampaknya rupa seolah-olah hanya dapat dihayati dengan indra mata. Maka itu kadang-kadang seni rupa itu lebih disamakan dengan seni visual. Masih banyak yang belum dipaparkan secara jelas dan terperinci. Berdasarkan berbagai pertimbangan tersebut maka dalam penyusunan tugas ini, penulis memilih judul “ILMU BUDAYA DASAR DALAM KESUSASTRAAN”
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Pengertian sastra dan seni ?
1.2.3 Pengertian Prosa, Jenis Prosa, komponen dalam prosa lama dan baru ?
1.2.4 Pengertian prosa fiksi, nilai yang ada di dalam prosa fiksi, dan contoh prosa ?
1.2.5 Pengertian Puisi, Contoh Puisi, dan hubungan dengan Ilmu Budaya Dasar ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Mengetahui pengertian sastra dan seni
1.3.2 Mengatahui Hubungan sastra dan seni dalam ilmu budaya dasar
1.2.3 Mengetahui Pengertian Prosa, Jenis Prosa, komponen dalam prosa lama dan baru
1.2.4 Mengetahui Pengertian prosa fiksi, nilai yang ada di dalam prosa fiksi, dan contoh prosa
1.2.5 Pengertian Puisi, Contoh Puisi, dan hubungan dengan Ilmu Budaya Dasar
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengetian Sastra dan Seni
2.1.1 Pengertian Sastra
Secara etimologis kata sastra berasal dari bahasa sansekerta, dibentuk dari akar kata sas- yang berarti mengarahkan, mengajar dan memberi petunjuk. Akhiran –tra yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk Secara harfiah ialah kata sastra berarti huruf, tulisan atau karangan.
Kata sastra ini kemudian diberi imbuhan su- (dari bahasa Jawa) yang berarti baik atau indah, yakni baik isinya dan indah bahasanya. Selanjutnya, kata susastra diberi imbuhan gabungan ke-an sehingga menjadi kesusastraan yang berarti nilai hal atau tentang buku – buku yang baik isinya dan indah bahasanya. Selain pengertian istilah atau kata sastra di atas, dapat juga dikemukakan batasan / defenisi dalam berbagai konteks pernyataan yang berbeda satu sama lain.
Kenyataan ini mengisyaratkan bahwa sastra itu bukan hanya sekedar istilah yang menyebut fenomena yang sederhana dan gampang. Sastra merupakan istilah yang mempunyai arti luas, meliputi sejumlah kegiatan yang berbeda-beda. Kita dapat berbicara secara umum, misalnya berdasarkan aktivitas manusia yang tanpa mempertimbangkan budaya suku maupun bangsa. Sastra di pandang sebagai suatu yang dihasilkan dan dinikmati. Orang – orang tertentu di masyarakat dapat menghasilkan sastra. Sedang orang lain dalam jumlah yang besar menikmati sastra itu dengan cara mendengar atau membacanya.
Batasan sastra menurut PLATO adalah hasil peniruan atau gambaran dari kenyataan (mimesis). Sebuah karya sastra harus merupakan peneladanan alam semesta dan sekaligus merupakan model kenyataan. Oleh karena itu, nilai sastra semakin rendah dan jauh dari dunia ide. ARISTOTELES murid PLATO memberi batasan sastra sebagai kegiatan lainnya melalui agama, ilmu pengetahuan dan filsafat.
Menurut kaum formalisme Rusia, sastra adalah sebagai gubahan bahasa yang bermaterikan kata – kata dan bersumber dari imajinasi atau emosi pengarang. Rene Welleck dan Austin Warren, memberi defenisi bahasa dalam dua hal :
- Segala sesuatu yang tertulis
- Segala sesuatu yang tertulis dan yang menjadi buku terkenal, baik dari segi isi maupun bentuk kesusastraannya.
2.1.2 Pengertian Seni
Dalam bahasa Sanskerta, kata seni disebut cilpa. Sebagai kata sifat, cilpa berarti berwarna, dan kata jadiannya su – cilpa berarti di lengkapi dengan bentuk-bentuk yang indah atau dihiasi dengan indah. Sebagai kata benda ia berarti pewarnaan, yang kemudian berkembang menjadi segala macam kekriyaan yang artistik. Cilpacastra yang banyak disebut – sebut dalam pelajaran sejarah kesenian, adalah buku atau pedoman bagi para cilpin, yaitu tukang, termasuk di dalamnya apa yang sekarang disebut seniman.
Memang dahulu belum ada pembedaan antara seniman dan tukang. Pemahaman seni adalah yang merupakan ekspresi pribadi belum ada dan seni adalah ekspresi keindahan masyarakat yang bersifat kolektif. Yang demikian itu ternyata tidak hanya terdapat di India dan Indonesia saja, juga terdapat di Barat pada masa lampau. Dalam bahasa Latin pada abad pertengahan, ada terdapat istilah-istilah ars, ares, dan artista. Ars adalah teknik atau craftsmanship, yaitu ketangkasan dan kemahiran dalam mengerjakan sesuatu, adapun artes berarti kelompok orang-orang yang memiliki ketangkasan atau kemahiran, dan artista adalah anggota yang ada di dalam kelompok kelompok itu. Maka kiranya artista dapat dipersamakan dengan cilpa. Ars inilah yang kemudian berkembang menjadi l’arte (Italia), l’art (Perancis), elarte (spanyol) dan art (Inggris), dan bersamaan dengan itu isinyapun berkembangan sedikit demi sedikit ke arah pengertiannya yang sekarang. Tetapi di Eropa ada juga istilah istilah yang lain, orang Jerman menyebut seni dengan die Kunst dan orang Belanda dengan kuat, yang berasal dari akar kata yang lain walaupun dengan pengertian yang sama (bahasa Jerman juga mengenal istilah die Art, yang berarti cara, jalan, atau modus, yang juga dapat di kembalikan kepada asal mula pengertian dan kegiatan seni, namun demikian die Kunst lah yang diangkat untuk istilah kegiatan itu). Dari dulu sampai sekarang karya sastra tidak pernah pudar dan mati. Dalam kenyataan karya sastra dapat dipakai untuk mengembangkan wawasan berpikir bangsa. Karya sastra dapat memberikan pencerahan pada masyarakat modern. ketangguhan yang sangat dibutuhkan dalam pembangunan. Di satu pihak, melalui karya sastra, masyarakat dapat menyadari masalah-masalah penting dalam diri mereka dan menyadari bahwa merekalah yang bertanggung jawab terhadap perubahan diri mereka sendiri. Sastra dapat memperhalus jiwa dan memberikan motivasi kepada masyarakat untuk berpikir dan berbuat demi pengembangan dirinya dan masyarakat serta mendorong munculnya kepedulian, keterbukaan, dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Sastra mendorong orang untuk menerapkan moral yang baik dan luhur dalam kehidupan dan menyadarkan manusia akan tugas dan kewajibannya.
Sebagai makhluk Tuhan, makhluk sosial dan memiliki kepribadian yang luhur. Selain melestarikan nilai – nilai peradaban bangsa juga mendorong penciptaan masyarakat modern yang beradab (masyarakat madani) dan memanusiakan manusia dan dapat memperkenalkan nilai – nilai kemanusiaan yang universal, melatih kecerdasan emosional, dan mempertajam penalaran seseorang. Sastra tidak hanya melembutkan hati tapi juga menumbuhkan rasa cinta kasih kita kepada sesama dan kepada sang pencipta. Dengan sastra manusia dapat mengungkapkan perasaan terhadap sesuatu jauh lebih indah dan mempesona.
2.2. Hubungan Sastra dan Seni dalam Ilmu Budaya Dasar
Masalah sastra dan seni sangat erat hubungannya dengan ilmu budaya dasar, karena materi – materi yang diulas oleh ilmu budaya dasar ada yang berkaitan dengan sastra dan seni. Budaya Indonesia sangat menunjukkan adanya sastra dan seni didalamnya. Latar belakang IBD dalam konteks budaya, negara dan masyarakat Indonesia berkaitan dengan masalah sebagai berikut :
- Kenyataan bahwa bangsa indonesia berdiri atas suku bangsa dengan segala keanekaragaman budaya yangg tercemin dalam berbagai aspek kebudayaannya, yang biasanya tidak lepas dari ikatan – ikatan primordial, kesukaan, dan kedaerahan.
- Proses pembangunan yang sedang berlangsung dan terus menerus menimbulkan dampak positif dan negatif berupa terjadinya perubahan dan pergeseran sistem nilai budaya sehingga dengan sendirinya mental manusia pun terkena pengaruhnya.
- Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menimbulkan perubahan kondisi kehidupan manusia, menimbulkan konflik dengan tata nilai budayanya, sehingga manusia bingung sendiri terhadap kemajuan yang telah diciptakannya.
2.3 Pengertian Prosa dan Jenis Prosa
2.3.1 Pengertian Prosa
Prosa adalah suatu jenis tulisan yang di bedakan dengan puisi karena variasi ritme (rhythm) yang dimilikinya lebih besar, serta bahasanya yang lebih sesuai dengan arti leksikalnya. Prosa biasanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide – ide. Karena itu, prosa dapat digunakan untuk surat kabar, majalah, novel, ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis media lainnya.
- Jenis Prosa
- Prosa Lama
- Dongeng
Dongeng merupakan cerita yang banyak diwarnai peristiwa yang tidak masuk akal atau tidak mungkin terjadi. Contoh: Pangeran Buruk Rupa, Si Kancil dan Buaya.
- Hikayat
Hikayat, berasal dari India dan Arab, berisikan cerita kehidupan para dewi, peri, pangeran, putri kerajaan, serta raja – raja yang memiliki kekuatan gaib. Kesaktian dan kekuatan luar biasa yang dimiliki seseorang, yang diceritakan dalam hikayat kadang tidak masuk akal. Contoh : Hikayat Hang Tuah, Kabayan, si Pitung.
- Sejarah
Sejarah (tambo) adalah salah satu bentuk prosa lama yang isi ceritanya di ambil dari suatu peristiwa sejarah. Contoh : Sejarah Melayu karya datuk Bendahara Paduka Raja alias Tun Sri Lanang yang di tulis tahun 1612.
- Kisah
Kisah adalah cerita tentang cerita perjalanan atau pelayaran seseorang dari suatu tempat ke tempat lain. Contoh : Kisah Perjalanan Abdullah ke Negeri Kelantan.
- Prosa Baru
- Cerita pendek
Cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Contoh cerpen : Radio Masyarakat oleh Rosihan Anwar, Bola Lampu oleh Asrul Sani, Teman Duduk oleh Moh. Kosim.
- Novel
Novel adalah karya imajinatif yang mengisahkan sisi utuh atas problematika kehidupan seseorang atau beberapa orang tokoh. Contoh novel : Ave Maria oleh Idrus, Keluarga Gerilya oleh Pramoedya Ananta Toer.
- Biografi
Biografi adalah riwayat yang di tulis oleh orang lain. Contoh biografi : Soeharto Anak Desa, Prof. Dr. B.I Habibie, Ki Hajar Dewantara.
- Esai
Esai adalah ulasan / kupasan suatu masalah secara sepintas lalu berdasarkan pandangan pribadi penulisnya. Isinya bisa berupa hikmah hidup, tanggapan, renungan, ataupun komentar tentang budaya, seni, fenomena sosial, politik, pementasan drama, film, dll.
2.4 Pengertian Prosa Fiksi, dan Nilai dalam Prosa Fiksi
2.4.1 Pengertian Prosa Fiksi
Prosa Fiksi ialah prosa yang berupa cerita rekaan atau khayalan pengarangnya. Isi cerita tidak sepenuhnya berdasarkan pada fakta. Prosa fiksi disebut juga karangan narasi sugestif/imajinatif.
2.4.2 Nilai dalam Prosa Fiksi
Sebagai seni yang bertulang punggung cerita, mau tidak mau karya sastra (prosa fiksi) langsung atau tidak langsung membawakan moral, pesan atau cerita. Dengan pencitraan lain prosa mempunyai nilai – nilai yang diperoleh pembaca lewat sastra. Adapun nilai – nilai yang di peroleh pembaca lewat sastra antara lain :
- Prosa fiksi memberikan kesenangan.
Keistimewaan kesenangan yang diperoleh dan membaca fiksi adalah pembaca mendapatkan pengalaman sebagaimana mengalaminya sendiri peristiwa itu atau kejadian yang dikisahkan. Pembaca dapat mengembangkan imajinasinya untuk mengenal daerah atau tempat yang asing, yang belum di kunjunginya atau yang tidak mungkin di kunjungi selama hidupnya. Pembaca juga dapat mengenal tokoh – tokoh yang aneh atau asing tingkah lakunya atau mungkin rumit perjalanan hidupnya untuk mencapai sukses.
- Prosa fiksi memberikan informasi
Fiksi memberikan sejenis informasi yang tidak terdapat di dalam ensiklopedia. Dalam novel sering kita dapat beragam sesuatu yang lebih dari pada sejarah atau laporan jurnalistik tentang kehidupan masa kini, kehidupan masa lalu, bahkan juga kehidupan yang akan datang atau kehidupan yang asing sama sekali.
- Prosa fiksi memberikan warisan kultural
Prosa fiksi dapat menstimuli imajinasi, dan merupakan sarana bagi pemindahan yang tak henti – hentinya dari warisan budaya bangsa.
- Prosa memberikan keseimbangan wawasan
Lewat prosa fiksi seseorang dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalaman – pengalaman dengan banyak individu. Fiksi juga memungkinkan lebih banyak kesempatan untuk memilih respon-respon emosional atau rangsangan aksi yang mungkin sangat berbeda daripada apa yang disajikan dalam kehidupan sendiri.
2.5 Pengertian Puisi, Contoh Puisi, dan hubungan dengan Ilmu Budaya Dasar
2.5.1 Pengertian Puisi
Puisi adalah bentuk karangan yang terikat oleh rima, ritma, atau pun jumlah baris serta di tandai oleh bahasa yang padat. Menurut zamannya, puisi di bedakan atas puisi lama dan puisi baru.
2.5.2 Contoh Puisi
KEINDAHAN ALAM
Puisi Cahyaning P.
Bak gelombang jiwa di udara
Laksana sinar di pagi hari
Bagaikan rembulan mengarungi samudera
Seperti peri kehilangan cahaya matahari
Meskipun langit menyinari bumi
Mirip bola di senja kelap
Umpama terbang setinggi awan
Bagaikan bintang menghiasi malam
Sinar mentari bagaikan surya.
2.5.3 Hubungan dengan Ilmu Budaya Dasar
Puisi (dari bahasa Yunani kuno: ποιÎω/ποιῶ (poiéo/poió) = I create) adalah seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas estetik nya untuk tambahan, atau selain arti semantik nya. Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rima adalah yang membedakan puisi dari prosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan. Beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tapi sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas. Selain itu puisi juga merupakan curahan isi hati seseorang yang membawa orang lain ke dalam keadaan hatinya.
Baris – baris pada puisi dapat berbentuk apa saja (melingkar, zigzag dan lain-lain). Hal tersebut merupakan salah satu cara penulis untuk menunjukkan pemikirannnya. Puisi kadang – kadang juga hanya berisi satu kata/suku kata yang terus di ulang – ulang. Bagi pembaca hal tersebut mungkin membuat puisi tersebut menjadi tidak di mengerti. Tapi penulis selalu memiliki alasan untuk segala ‘keanehan’ yang di ciptakannya. Tidak ada yang membatasi keinginan penulis dalam menciptakan sebuah puisi. Ada beberapa perbedaan antara puisi lama dan puisi baru.
Namun beberapa kasus mengenai puisi modern atau puisi cyber belakangan ini makin memprihatinkan jika ditilik dari pokok dan kaidah puisi itu sendiri yaitu ‘pemadatan kata’. kebanyakan penyair aktif sekarang baik pemula ataupun bukan lebih mementingkan gaya bahasa dan bukan pada pokok puisi tersebut. Di dalam puisi juga biasa di sisipkan majas yang membuat puisi itu semakin indah. Majas tersebut juga ada bemacam, salah satunya adalah sarkasme yaitu sindiran langsung dengan kasar.
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Keutuhan manusia sebagai pribadi dapat di mungkinkan melalui pemahaman, penghayatan, dan meresapkan nilai – nilai yang terkandung dalam suatu karya seni rupa sebagai salah satu bagian dari kebudayaan. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang di anugerahi pikiran, perasaan dan kemauan secara naluriah memerlukan perantara budaya untuk menyatakan rasa seninya, baik secara aktif dalam kegiatan kreatif, maupun secara pasif dalam kegiatan apresiatif.
Sastra berasal dari kata castra berarti tulisan. Dari makna asalnya dulu, sastra meliputi segala bentuk dan macam tulisan yang ditulis oleh manusia, seperti catatan ilmu pengetahuan, kitab – kitab suci, surat – surat, undang – undang, dan sebagainya. Masalah sastra dan seni sangat erat hubungannya dengan ilmu budaya dasar, karena materi – materi yang diulas oleh ilmu budaya dasar ada yang berkaitan dengan sastra dan seni. Budaya Indonesia sangat menunjukkan adanya sastra dan seni di dalamnya.
Kenyataan bahwa bangsa indonesia berdiri atas suku bangsa dengan segala keanekaragaman budaya yang tercemin dalam berbagai aspek kebudayaannya, yang biasanya tidak lepas dari ikatan – ikatan primordial, kesukaan, dan kedaerahan .
Proses pembangunan yang sedang berlangsung dan terus menerus menimbulkan dampak positif dan negatif berupa terjadinya perubahan dan pergeseran sistem nilai budaya sehingga dengan sendirinya mental manusia pun terkena pengaruhnya .
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menimbulkan perubahan kondisi kehidupan mausia, menimbulkan konflik dengan tata nilai budaya nya, sehingga manusia bingung sendiri terhadap kemajuan yang telah di ciptakannya.
3.2 Saran
Di era modernisasi sering kali kita melupakan kultur bahasa yang baik sehingga banyak bahasa lama yang berubah bahkan di tinggalkan, kita sebagai generasi penerus harus selalu menjaga dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
0 comments:
Post a Comment